Translate

Sabtu, 26 Agustus 2017

Ahlu Sunnah Wal Jama'ah

AHLU SUNNAH WAL JAMA’AH

Bag. ke 12 : DOKTRIN ASWAJA
Berdirinya suatu negara merupakan suatu keharusan dalam suatu komunitas umat (Islam). Negara tersebut dimaksudkan untuk mengayomi kehidupan umat, melayani mereka serta menjaga kemaslahatan bersama (maslahah musytarakah). Keharusan ini bagi faham Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) hanyalah sebatas kewajiban fakultatif (fardhu kifayah) saja, sehingga (sebagaimana mengurus jenazah) jika sebagian orang sudah mengurus berdirinya negara, maka gugurlah kewajiban lainnya.
Oleh karena itu, konsep berdirinya negara (imamah) dalam Aswaja tidaklah termasuk salah satu pilar (rukun) keimanan sebagaimana yang di yakini oleh Syi'ah. Namun, Aswaja juga tidak membiarkan yang diakui oleh umat (rakyat). Hal ini berbeda dengan Khawarij yang membolehkan komunitas umat Islam tanpa adanya seorang Imam apabila umat itu sudah bisa mengatur dirinya sendiri.
Aswaja tidak memiliki patokan yang baku tentang negara. Suatu negara diberi kebebasan menentukan bentuk pemerintahannya, bisa demokrasi, kerajaan, teokrasi ataupun bentuk yang lainnya. Aswaja hanya memberikan kriteria (syarat-syarat) yang harus dipenuhi oleh suatu negara. Sepanjang persyaratan tegaknya negara tersebut terpenuhi, maka negara tersebut bisa diterima sebagai pemerintahan yang sah dengan tidak mempedulikan bentuk negara tersebut. Sebaliknya, meskipun suatu negara memakai bendera Islam, tetapi di dalamnya terjadi banyak penyimpangan dan penyelewengan serta menginjak-injak sistem pemerintahan yang berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka praktik semacam itu tidaklah dibenarkan dalam Aswaja.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu negara tersebut adalah :
a. PRINSIP SYURA (MUSYAWARAH)
Prinsip ini didasarkan pada firman Allah QS asy-Syura 42: 36-39:
36. Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan Hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal.
37. Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan- perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.
38. Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka.
39. Dan (bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri.
Menurut ayat di atas, syura merupakan ajaran yang setara dengan iman kepada Allah (iman billah), tawakal, menghindari dosa-dosa besar (ijtinabul kaba'ir), memberi ma'af setelah marah, memenuhi titah ilahi, mendirikan shalat, memberikan sedekah, dan sebagainya. Seakan¬-akan musyawa-rah merupakan suatu bagian integral dan hakekat Iman dan Islam.
b. AL-'ADL (KEADILAN)
Menegakkan keadilan merupakan suatu keharusan dalam Islam terutama bagi penguasa (wulat) dan para pemimpin pemerintahan (hukkam) terhadap rakyat dan umat yang dipimpin. Hal ini didasarkan kepada QS An-Nisa' 4:58
"Sesungguhnya Allah meyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanyaa dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha melihat".
c. AL-HURRIYYAH (KEBEBASAN)
Kebebasan dimaksudkan sebagai suatu jaminan bagi rakyat (umat) agar dapat melakukan hak-hak mereka. Hak¬hak tersebut dalam syari'at dikemas dalam al-Ushul al¬Khams (lima prinsip pokok) yang menjadi kebutuhan primer (dharuri) bagi setiap insan. Kelima prinsip tersebut adalah :
a) HIFZHUN NAFS, yaitu jaminan atas jiwa (kehidupan) yang dirniliki warga negara (rakyat).
b) HIFZHUD DIN, yaitu jaminan kepada warga negara untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinannya.
c) HIFZHUL MAL, yaitu jaminan terhadap keselamatan harta benda yang dirniliki oleh warga negara.
d) HIFZHUN NASL, yaitu jaminan terhadap asal-usul, identitas, garis keturunan setiap warga negara.
e) HIFZHUL 'LRDH, yaitu jaminan terhadap harga diri, kehormatan, profesi, pekerjaan ataupun kedudukan setiap warga negara.
Kelima prinsip di atas beserta uraian derivatifnya dalam era sekarang ini lebih menyerupai Hak Asasi Manusia (HAM).
d. AL-MUSAWAH (KESETARAAN DERAJAT)
Semua warga negara haruslah mendapat perlakuan yang sama. Semua warga negara memiliki kewajiban dan hak yang sama pula. Sistem kasta atau pemihakan terhadap golongan, ras, jenis kelamin atau pemeluk agama tetlentu tidaklah dibenarkan. Dari beberapa syarat tersebut tidaklah terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa sebenarnya sistem pemerintahan yang mendekati kriteria di atas adalah sistem demokrasi. Demokrasi yang dimaksud adalah sistem pemerintahan yang bertumpu kepada kedaulatan rakyat. Jadi kekuasaan negara sepenuhnya berada di tangan rakyat (civil sociery) sebagai amanat dari Allah.
Harus kita akui, bahwa istilah "demokrasi" tidak pemah dijumpai dalam bahasa Al-Qur’an maupun wacana hukum Islam klasik. Istilah tersebut diadopsi dari para negarawan di Eropa. Namun, harus diakui bahwa nilai¬-nilai yang terkandung di dalamnya banyak menyerupai prinsip-prinsip yang harus ditegakkan dalam berbangsa dan bernegara menurut Aswaja.
Dalam era globalisasi di mana kondisi percaturan politik dan kehidupan umat manusia banyak mengalami perubahan yang mendasar, misalnya kalau dulu dikenal komunitas kabilah, saat ini sudah tidak dikenallagi bahkan kondisi umat manusia sudah menjadi "perkampungan dunia", maka demokrasi harus dapat ditegakkan.
Pada masa lalu banyak banyak ditemui ghanimah (harta rampasan perang) sebagai suatu perekonomian negara. Sedangkan pada saat ini sistem perekonomian tersebut sudah tidak dikenal lagi. Perekonomian negara banyak diambil dari pajak dan pungutan lainnya. Begitu pula jika pada tempo dulu aqidah merupakan sentral kekuatan pemikiran, maka saat ini aqidah bukanlah merupakan satu¬satunya sumber pijakan. Umat sudah banyak berubah kepada pemahaman aqidah yang bersifat plural. Dengan demikian, pemekaran pemikiran umat Islam haruslah tidak dianggap sebagai sesuatu hal yang remeh dan enteng, jika umat Islam tidak ingin tertinggal oleh bangsa-bangsa di muka bumi ini. Tentu hal ini mengundang konsekuensi yang mendasar bagi umat Islam sebab pemekaran tersebut pasti banyak mengubah wacana pemikiran yang sudah ada (salaf/klasik) dan umat Islam harus secara dewasa menerima transformasi tersebut sepanjang tidak bertabrakan dengan hal-hal yang sudah paten (qath'iy). Sebagai contoh, dalam kehidupan bemegara (baca: demokrasi), umat Islam harus dapat menerima seorang pemimpin (presiden) dari kalangan non-muslim atau wanita.
Al Faqir al Bangkalany al Madury..

Mengapa Cara Bertanya

Foto Alhikmah.
MENGAPA ORANG BAIK SERING TERSAKITI?
Karena orang baik selalu mendahulukan orang lain. Dalam ruang kebahagiaannya, ia tak menyediakan untuk dirinya sendiri, kecuali hanya sedikit.

*MENGAPA ORANG BAIK KERAP TERTIPU?
Karena orang baik selalu memandang orang lain tulus seperti dirinya. Ia tak menyisakan sedikitpun prasangka bahwa orang yang ia pandang penyayang mampu mengkhianatinya.

*MENGAPA ORANG BAIK ACAP DINISTA?
Karena orang baik tak pernah mau membalas. Ia hanya menerima, meski bukan dia yang memulai perkara.

*MENGAPA ORANG BAIK SERING MENETESKAN AIR MATA?
Karena orang baik tak ingin membagi kesedihannya. Ia terbiasa mengobati sendiri lukanya, dan percaya bahwa suatu masa Allah SWT akan mengganti kesabarannya.

MENGAPA ORANG BAIK TAK PERNAH MEMBENCI YANG MELUKAINYA?
Karena orang baik selalu memandang bahwa di atas semua, Allah-lah hakikatnya. Jika Allah menggiringnya, bagaimana ia akan mendebat kehendak-NYA itu sebabnya orang baik tak memiliki lemari dendam dalam kalbunya…
Jika kau buka laci- laci di hatinya, akan kau temukan hanya Cinta yang dimilikinya.
Mudah -mudahan kita semua termasuk orang baik
Aamiin allahumma aamiin

Suka Mikir

SAYA PIKIR
Foto Alhikmah.
Bagi yang suka banyak mikir..
Saya pikir, hidup itu harus banyak meminta.
~ternyata harus banyak memberi.
Saya pikir, sayalah orang yang paling hebat.
~ternyata ada langit diatas langit.
Saya pikir, kegagalan itu final.
~ternyata hanyalah sukses yang tertunda.
Saya pikir, sukses itu harus kerja keras.
~ternyata harus kerja pintar, ikhlas dan berdoa
Saya pikir, kunci surga ada di langit.
~ternyata ada di perilaku dan hatiku.
Saya pikir, Tuhan selalu mengabulkan setiap doa dan permintaanku.
~ternyata Tuha hanya memberikan yang kita perlukan, bukan yang inginkan.
Saya pikir, makhluk yang paling bisa bertahan hidup adalah yang paling pintar, atau yang paling kuat.
~ternyata yang paling cepat merespon perubahan, hidup sabar,bersyukur dan beramal.
Saya pikir, keberhasilan itu karena keturunan.
~ ternyata karena ketekunan dan keuletan dan kerja pintar.
Saya pikir, kecantikan luar yang paling menarik.
~ ternyata inner beauty yang lebih menawan.
Saya pikir, kebahagian itu ketika menegok ke atas dan senang-senang.
~ternyata ketika melihat ke bawah, lihatlah orang yang ada dibawa anda dalam urusan dunia.
Saya pikir, usia manusia itu di ukur dari bulan dan tahun.
~ternyata dihitung dari apa yang telah dilakukannya kepada orang lain dan perbuatan amal nya.
Saya pikir, yang paling berharga itu uang emas permata.
~ternyata yang paling mahal itu kesehatan dan nama baik.
Semoga menjadi penenang pikiran kita di hari minggu.
Salam..

Batara Semar

Batara Semar

Foto Alhikmah.
MAYA adalah sebuah cahaya hitam.
Cahaya hitam tersebut untuk menyamarkan segala sesuatu.
Yang ada itu sesungguhnya tidak ada.
Yang sesungguhnya ada, ternyata bukan.
Yang bukan dikira iya.
Yang wanter (bersemangat) hatinya, hilang kewanterane (semangatnya), sebab takut kalau keliru.
Maya, atau Ismaya, cahaya hitam, juga disebut SEMAR artinya tersamar, atau tidak jelas.
Di dalam cerita pewayangan, Semar adalah putra Sang Hyang Wisesa, ia diberi anugerah mustika manik astagina, yang mempunyai 8 daya, yaitu:
tidak pernah lapar
tidak pernah mengantuk
tidak pernah jatuh cinta
tidak pernah bersedih
tidak pernah merasa capek
tidak pernah menderita sakit
tidak pernah kepanasan
tidak pernah kedinginan
kedelapan daya tersebut diikat pada rambut yang ada di ubun-ubun atau kuncung. Semar atau Ismaya, diberi beberapa gelar yaitu; Batara Semar, Batara Ismaya, Batara Iswara, Batara Samara, Sanghyang Jagad Wungku, Sanghyang Jatiwasesa, Sanghyang Suryakanta.
Ia diperintahkan untuk menguasai alam Sunyaruri, atau alam kosong, tidak diperkenankan menguasi manusia di alam dunia.
Di alam Sunyaruri, Batara Semar dijodohkan dengan Dewi Sanggani putri dari Sanghyang Hening.
Dari hasil perkawinan mereka, lahirlah sepuluh anak, yaitu: Batara Wungkuam atau Sanghyang Bongkokan, Batara Siwah, Batara Wrahaspati, Batara Yamadipati, Batara Surya, Batara Candra, Batara Kwera, Batara Tamburu, Batara Kamajaya dan Dewi Sarmanasiti.
Anak sulung yang bernama Batara Wungkuam atau Sanghyang Bongkokan mempunyai anak cebol, ipel-ipel dan berkulit hitam.
Anak tersebut diberi nama Semarasanta dan diperintahkan turun di dunia, tinggal di padepokan Pujangkara.
Semarasanta ditugaskan mengabdi kepada Resi Kanumanasa di Pertapaan Saptaarga.
Dikisahkan Munculnya Semarasanta di Pertapaan Saptaarga, diawali ketika Semarasanta dikejar oleh dua harimau, ia lari sampai ke Saptaarga dan ditolong oleh Resi Kanumanasa.
Ke dua Harimau tersebut diruwat oleh Sang Resi dan ke duanya berubah menjadi bidadari yang cantik jelita.
Yang tua bernama Dewi Kanestren dan yang muda bernama Dewi Retnawati.
Dewi Kanestren diperistri oleh Semarasanta dan Dewi Retnawati menjadi istri Resi Kanumanasa. Mulai saat itu Semarasanta mengabdi di Saptaarga dan diberi sebutan Janggan Semarsanta.
Sebagai Pamong atau abdi, Janggan Semarasanta sangat setia kepada Bendara (tuan)nya.
Ia selalu menganjurkan untuk menjalani laku prihatin dengan berpantang, berdoa, mengurangi tidur dan bertapa, agar mencapai kemuliaan. Banyak saran dan petuah hidup yang mengarah pada keutamaan dibisikan oleh tokoh ini.
Sehingga hanya para Resi, Pendeta atau pun Ksatria yang kuat menjalani laku prihatin, mempunyai semangat pantang menyerah, rendah hati dan berperilaku mulia, yang kuat di emong oleh Janggan Semarasanta. Dapat dikatakan bahwa Janggan Semarasanta merupakan rahmat yang tersembunyi.
Siapa pun juga yang diikutinya, hidupnya akan mencapai puncak kesuksesan yang membawa kebahagiaqan abadi lahir batin.
Dalam catatan kisah pewayangan, ada tujuh orang yang kuat di emong oleh Janggan Semarasanta, yaitu; Resi Manumanasa sampai enam keturunannya, Sakri, Sekutrem, Palasara, Abiyasa, Pandudewanata dan sampai Arjuna.
Jika sedang marah kepada para Dewa, Janggan Semarasanta katitisan oleh eyangnya yaitu Batara Semar. Jika dilihat secara fisik, Semarasanta adalah seorang manusia cebol jelek dan hitam, namun sesungguhnya yang ada dibalik itu ia adalah pribadi dewa yang bernama Batara Semar atau Batara Ismaya.
Karena Batara Semar tidak diperbolehkan menguasai langsung alam dunia, maka ia memakai wadag Janggan Semarasanta sebagai media manitis (tinggal dan menyatu), sehingga akhirnya nama Semarasanta jarang disebut, ia lebih dikenal dengan nama Semar.
Seperti telah ditulis di atas, Semar atau Ismaya adalah penggambaran sesuatau yang tidak jelas tersamar.
Yang ada itu adalah Semarasanta, tetapi sesungguhnya Semarasanta tidak ada.
Yang sesungguhnya ada adalah Batara Semar, namun ia bukan Batara Semar, ia adalah manusia berbadan cebol,berkulit hitam yang bernama Semarasanta.
Memang benar, ia adalah Semarasanta, tetap SEMAR adalah sebuah misteri, rahasia Sang Pencipta.
Rahasia tersebut akan disembunyikan kepada orang-orang yang egois, tamak, iri dengki, congkak dan tinggi hati, namun dibuka bagi orang-orang yang sabar, tulus, luhur budi dan rendah hati. Dan orang yang di anugerahi Sang Rahasia, atau SEMAR, hidupnya akan berhasil ke puncak kebahagiaan dan kemuliaan nan abadi.

Kisah Penciptaan Nur Muhammad

KISAH PENCIPTAAN NUR MUHAMMAD
Foto Alhikmah.
Suatu hari Sayidina Ali, karamallahu wajhahu, misan dan menantu Nabi Suci SAW bertanya,
"Wahai (Nabi) Muhammad, kedua orang tuaku akan menjadi jaminanku, mohon katakan padaku apa yang diciptakan Allah Ta’ala sebelum semua makhluk ciptaan?"
Beliau menjawab : "Sesungguhnya, sebelum Rabbmu menciptakan lainnya, Dia menciptakan dari Nur-Nya nur Nabimu."
Di Hadist yang lain, yang diiiwayatkan dari Abdurrazaq ra yang diterimanya dari Jabir ra, bahwa Jabir pernah bertanya kepada Rasulullah saw, "Ya Rasulullah, beritahukanlah kepadaku, apakah yang mula-mula sekali Allah jadikan?".
Rasulullah saw menjawab : "Sesungguhnya Allah ciptakan sebelum adanya sesuatu adalah nur Nabimu dari Nur-Nya."
Nur Muhammad itu sudah ada sebelum adanya segala sesuatu di alam ini. Nur Muhammad dianugerahi tujuh lautan : Laut Ilmu, Laut Latif, Laut Pikir, Laut Sabar, Laut Akal, Laut Rahman, dan Laut Cahaya.
Dia kemudian membagi Nur ini menjadi empat bagian Dari bagian pertama Dia menciptakan Pena. dari bagian kedua lawhal-mahfudz, dari bagian ketiga ‘Arsy”.
Kini telah diketahui bahwa ketika Allah menciptakan lawhal-mahfudz dan Pena. Pada pena itu terdapat seratus simpul, jarak antara kedua simpul adalah sejauh dua tahun perjalanan. Allah kemudian memerintahkan Pena untuk menulis, dan Pena bertanya, "Ya Allah, apa yang harus saya tulis?"
Allah berfirman, “Tulislah : la ilaha illallah,Muhammadan Rasulullah”.
Atas itu Pena berseru, "Oh, betapa sebuah nama yang indah, agung Muhammad itu bahwa dia disebut bersama Asma Mu yang Suci, ya Allah".
Allah kemudian berfirman, "Wahai Pena, jagalah kelakuanmu ! Nama ini adalah nama Kekasih-Ku, dari Nurnya Aku menciptakan ‘Arsy dan Pena dan lawhal-mahfudz; kamu, juga diciptakan dari Nurnya. Jika bukan karena dia, Aku tidak akan menciptakan apapun”.
Ketika Allah SWT telah mengatakan kalimat tersebut, Pena itu terbelah dua karena takutnya kepada Allah, dan tempat dari mana kata-katanya tadi keluar menjadi tertutup/terhalang, sehingga sampai dengan hari ini ujungnya tetap terbelah dua dan tersumbat, sehingga dia tidak menulis, sebagai tanda dari rahasia Ilahiah yang agung.
Kemudian Allah memerintahkan Pena untuk menulis "Apa yang harus saya tulis, Ya Allah?" bertanya Pena. Kemudian Rabb al Alamin berkata, "Tulislah semua yang akan terjadi sampai Hari Pengadilan !”.
Berkata Pena, "Ya Allah, apa yang harus saya mulai?". Berfirman Allah, "Kamu harus memulai dengan kata-kata ini: Bismillah al-Rahman al-Rahim."
Dengan rasa hormat dan takut yang sempurna, kemudian Pena bersiap untuk menulis kata-kata itu pada Kitab (lawh al-mahfudz), dan dia menyelesaikan tulisan itu dalam 700 tahun.
Ketika Pena telah menulis kata-kata itu, Allah SWT berfirman "Telah memakan 700 tahun untuk kamu menulis tiga Nama-Ku; Nama Keagungan-Ku, Kasih Sayang-Ku dan Empati-Ku. Tiga kata-kata yang penuh barakah ini saya buat sebagai sebuah hadiah bagi ummat Kekasih-Ku Muhammad. Dengan Keagungan-Ku, Aku berjanji bahwa bilamana abdi manapun dari ummat ini menyebutkan kata Bismillah dengan niat yang murni, Aku akan menulis 700 tahun pahala yang tak terhitung untuk abdi tadi, dan 700 tahun dosa akan Aku hapuskan.”
“Sekarang (selanjutnya), bagaian ke-empat dari Nur itu Aku bagi lagi menjadi empat bagian: Dari bagian pertama Aku ciptakan Malaikat Penyangga Singgasana (hamalat al-‘Arsy); Dari bagian kedua Aku telah ciptakan Kursi, majelis Ilahiah (Langit atas yang menyangga Singgasana Ilahiah, ‘Arsy); Dari bagian ketiga Aku ciptakan seluruh malaikat (makhluk) langit lainnya.”
“kemudian bagian keempat Aku bagi lagi menjadi empat bagian: dari bagian pertama Aku membuat semua langit, dari bagian Kedua Aku membuat bumi-bumi, dari bagian ketiga Aku membuat jinn dan api.”
“Bagian keempat Aku bagi lagi menjadi empat bagian : dari bagian pertama Aku membuat cahaya yang menyoroti muka kaum beriman; dari bagian kedua Aku membuat cahaya di dalam jantung mereka, merendamnya dengan ilmu ilahiah; dari bagian ketiga cahaya bagi lidah mereka yang adalah cahaya Tawhid (Hu Allahu Ahad), dan dari bagian keempat Aku membuat berbagai cahaya dari ruh Muhammad SAW”.
Ruh yang cantik ini diciptakan 360.000 tahun sebelum penciptaan dunia ini, dan itu dibentuk sangat (paling) cantik dan dibuat dari bahan yang tak terbandingkan Kepalanya dibuat dari petunjuk, lehernya dibuat dari kerendahan hati. Matanya dari kesederhanaan dan kejujuran, dahinya dari kedekatan (kepada Allah). Mulutnya dari kesabaran, lidahnya dari kesungguhan, pipinya dari cinta dan kehati-hatian, perutnya dari tirakat terhadap makanan dan hal-hal keduniaan, kaki dan lututnya dari mengikuti jalan lurus dan jantungnya yang mulia dipenuhi dengan rahman.
Ruh yang penuh kemuliaan ini diajari dengan rahmat dan dilengkapi dengan adab semua kekuatan yang indah. Kepadanya diberikan risalahnya dan kualitas kenabiannya dipasang. Kemudian Mahkota Kedekatan Ilahiah dipasangkan pada kepalanya yang penuh barokah, masyhur dan tinggi di atas semua lainnya, didekorasi dengan Ridha Ilahiah dan diberi nama Habibullah (Kekasih Allah) yang murni dan suci.
Kemudian Allah SWT menciptakan sebuah pohon yang dinamakan Syajaratul Yaqin. Tangkainya berjumlah empat. Kemudian diletakanlah Nur Muhammad pada pohon tersebut. Namun, kehadiran Nur Muhammad, itu membuat pohon bergetar hebat hingga berubah menjadi permata putih. Sedangkan Nur Muhammad memuji bertasbih ke hadirat Allah Ta’ala 70.000 tahun lamanya. Pada permata tersebut, Nur Muhammad mencoba bercermin. Wajahnya begitu indah dilihat. Bentuknya seperti burung merak, dan pakaiannya demikian indah. Dihiasi dengan berbagai perhiasan. Kemudian ia bersujud lima kali.
Allah SWT melihatnya, membuat Nur tersebut merasa malu dan takut. Lalu keluar keringat dari kepalanya. Dari keringat tersebut Allah SWT menciptakan nyawa malaikat. Dari keringat wajahnya, diciptakanlah nyawa ‘Arsy, matahari, bulan, bintang, dan apa-apa yang ada di langit. Keringat dadanya menjadi bahan untuk menciptakan nyawa para rasul, nabi, wali, ulama, dan orang orang shaleh. Adapun keringat yang muncul dari keningnya, diciptakanlah nyawa orang-orang mukmin dari umat Nabi Muhammad saw. Dari keringat kedua telinganya, diciptakan oleh Allah SWT nyawa orang-orang Yahudi, Nasrani, dan orang-orang kafir, dan sesat. Sedangkan keringat kakinya di antaranya menjadi isi bumi.
Pada waktu selanjutnya Allah SWT menciptakan lentera akik yang merah yang cahayanya menembus ke dalam dan keluar. Lalu Nur Muhammad dimasukkan ke dalam lentera tersebut. Berada di dalamnya dalam posisi berdiri. Sementara nyawa-nyawa yang sudah tercipta berada di luar. Seluruhnya membaca "Subhanallaahi wal hamdulillaahi wa laa ilaaha illallaahu wallahu akbar". 1.000 tahun lamanya nyawa-nyawa itu diperintahkan Allah SWT untuk melihat ke diri Nur Muhammad.
Nyawa yang berhasil melihat kepala Nur Muhammad, maka ia akan ditakdirkan menjadi pemimpin/penguasa. Siapa yang melihat ubun-ubunnya, itulah mereka yang akan menjadi guru/pendidik yang jujur. Siapa yang melihat matanya, ia akan menjadi hafidz (penghapal Al Quran).
Mereka yang memandang telinganya akan menjadi mereka yang menerima peringatan dan nasehat. Adapun yang bisa melihat hidungngya, mereka itu akan menjadi ahli bicara atau dokter. Sedangkan mereka nyawa-nyawa yang berhasil melihat bibir Nur Muhammad, ia akan ditakdirkan menjadi seorang menteri. Nyawa yang melihat bagian giginya maka wajahnya kelak akan cantik rupawan, ia yang bisa melihat lidahnya, akan jadilah utusan/duta raja-raja. Apabila yang dilihat lehernya, ditakdirkanlah menjadi orang berdagang dan usahawan. Apabila tengkuk yang bisa dilihatnya, akan jadilah seorang tentara. Mereka yang berhasil melihat kedua lengan tangannya, maka akan jadi perwira. Jika sikut kanannya yang dilihat, Allah SWT akan menjadikan dirinya berkehidupan dalam dunia tekstil, sedangkan kalau sikut Kirinya, ia akan menjadi orang yang pernah membunuh. Serta, jika dadanya yang berhasil dilihat, maka ia akan menjadi ulama yang disegani. Bila bagian belakang, ia akan ditakdirkan menjadi para ahli sosial kemasyarakatan. Dan jika hanya bayangannya yang berhasil dilihat, maka ia akan menjadi orang yang berkecimpung dalam bidang seni.
Barang siapa melihat tenggorokannya yang penuh barokah akan menjadi khatib dan mu’adzin (yang mengumandangkan adzan). Barang siapa memandang janggutnya akan menjadi pejuang di jalan Allah. Barang siapa memandang lengan atasnya akan menjadi seorang pemanah atau pengemudi kapal laut. Siapa yang melihat tangan kananya akan menjadi seorang pemimpin, dan siapa yang melihat tangan kirinya akan menjadi seorang pembagi (yang menguasai timbangan dan mengukur suatu kebutuhan hidup).
Siapa yang melihat telapak tangannya menjadi seorang yang gemar memberi; siapa yang melihat belakang tangannya akan menjadi kolektor. Siapa yang melihat bagian dalam dari tangan kanannya menjadi seorang pelukis; siapa yang melihat ujung jari tangan kanannya akan menjadi seorang calligrapher, dan siapa yang melihat ujung jari tangan kirinya akan menjadi seorang pandai besi. Siapa yang melihat dadanya yang penuh barokah akan menjadi seorang terpelajar meninggalkan keduniaan (ascetic) dan berilmu.
Siapa yang melihat punggungnya akan menjadi seorang yang rendah hati dan patuh pada hukum syari’at. Siapa yang melihat sisi badannya yang penuh barokah akan menjadi seorang pejuang. Siapa yang melihat perutnya akan menjadi orang yang puas, dan siapa yang melihat lutut kanannya akan menjadi mereka yang melaksanakan ruku dan sujud. Siapa yang melihat kakinya yang penuh barokah akan menjadi seorang pemburu, dan siapa yang melihat telapak kakinya menjadi mereka yang suka bepergian. Siapa yang melihat bayangannya akan mejadi penyanyi dan pemain saz (lute).
Semua yang memandang tetapi tidak melihat apa-apa akan menjadi kaum takberiman, pemuja api dan pemuja patung. Mereka yang tidak memandang sama sekali akan menjadi mereka yang akan menyatakan bahwa dirinya adalah tuhan, seperti Namrudz, Firaun, dan sejenisnya.
Kini semua ruh itu diatur dalam empat baris. Di baris pertama berdiri ruh para nabi dan rasul, a.s, di baris kedua ditempatkan ruh para orang suci, para sahabat, di baris ketiga berdiri ruh kaum beriman, laki – laki dan perempuan. Di baris ke empat berdiri ruh kaum tak beriman.
Semua ruh ini tetap berada dalam dunia ruh di hadhirat Allah SWT sampai waktu mereka tiba untuk dikirim ke dunia fisik. Tidak seorang pun tahu kecuali Allah SWT yang tahu berapa selang waktu dari waktu diciptakannya ruh penuh barokah Nabi Muhammad sampai diturunkannya dia dari dunia ruh ke bentuk fisiknya itu.
Diceritakan bahwa Nabi Suci Muhammad SAW bertanya kepada malaikat Jibril , "Berapa lama sejak engkau diciptakan?" Malaikat itu menjawab, "Ya Rasulullah, saya tidak tahu jumlah tahunnya, yang saya tahu bahwa setiap 70.000 tahun seberkas cahaya gilang gemilang menyorot keluar dari belakang kubah Singgasana Ilahiah: sejak waktu saya diciptakan cahaya ini muncul 12.000 kali."
"Apakah engkau tahu apakah cahaya itu?" bertanya Nabi Muhammad SAW
"Tidak, saya tidak tahu," berkata malaikat itu.
"Itu adalah Nur ruhku dalam dunia ruh, jawab Nabi Suci SAW”.
Pertimbangkan kemudian, berapa besar jumlah itu, jika 70.000 dikalikan 12.000 !

catatan :
Beberapa kalangan dalam ummat Islam mempersoalkan konsep Nur Muhammad (Cahaya Muhammad atau Ruh Muhammad) sebagai suatu konsep yang tidak memiliki dasar dalam ‘aqidah Islam.
Padahal, berdasarkan data-data yang kuat, konsep Nur Muhammad adalah suatu konsep ‘aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah yang diterima dan diakui oleh ijma’ (konsensus) ulama ilmu kalam dan ulama’ tasawwuf dalam kurun waktu yang panjang, sebagai suatu konsep yang memiliki sumber dalilnya dari Qur’an dan Hadits Nabi sallallahu ‘alayhi wasallam.
Konsep ‘aqidah Nur Muhammad salallahu ‘alayhi wasallam menyatakan antara lain bahwa cahaya atau ruh dari Nabi Besar Muhammad sallallahu ‘alayhi wasallam adalah makhluk pertama yang diciptakan sang Khaliq, Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang kemudian darinya, Dia Subhanahu wa Ta’ala menciptakan makhluk-makhluk lainnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebut Rasulullah sallallahu ‘alayhi wasallam sebagai Nuur (cahaya), atau sebagai "Siraajan Muniiran" (makna literal: Lampu yang Bercahaya).

KISAH MALAIKAT JIBRIL DAN MALAIKAT MIKAIL MENANGIS

KISAH MALAIKAT JIBRIL DAN MALAIKAT MIKAIL MENANGIS.



Dalam sebuah kitab karangan Imam al-Ghazali menyebutkan bahwa iblis itu sesungguhnya namanya disebut sebagai :
1)- Al-Abid (ahli ibadah) pada langit yang pertama,
2)- pada langit yang keduanya disebut az Zahid.
3)- Pada langit ketiga, namanya disebut al-Arif.
4)- Pada langit keempat, namanya adalah al- Wali.
5)- Pada langit kelima, namanya disebut at-Taqi.
6)- Pada langit keenam namanya disebut al-Kazin.
7)- Pada langit ketujuh namanya disebut Azazil mana kala dalam Luh Mahfudz, namanya ialah iblis.
Dia (iblis) lupa akibat urusannya.


# Maka Allah S.W.T telah memerintahkannya sujud kepada Adam.
- Lalu iblis berkata,
"Adakah Engkau mengutamakannya dari pada aku, sedangkan aku lebih baik dari padanya.
Engkau jadikan aku dari pada api dan Engkau jadikan Adam daripada tanah."
# Lalu Allah S.W.T berfirman yang maksudnya, "Aku membuat apa yang aku
kehendaki."
Oleh kerana iblis memandang dirinya penuh keagungan, maka dia enggan sujud kepada Adam A.S kerana bangga dan sombong.
Dia berdiri tegak sampai saatnya malaikat bersujud dalam waktu yang berlalu.
Ketika para malaikat mengangkat kepala mereka, mereka mendapati iblis tidak sujud sedang mereka telah selesai sujud.
Maka para malaikat bersujud lagi kedua kali karena bersyukur, tetapi iblis tetap angkuh dan enggan sujud.
Dia berdiri tegak dan memaling dari para malaikat yang sedang bersujud.
Dia tidak ingin mengikut mereka dan tidak pula dia merasa menyesal atas keengganannya.
Kemudian Allah S.W.T
merubahkan mukanya pada asalnya yang sangat indah cemerlangan kepada bentuk seperti babi hutan.
Allah S.W.T membentukkan kepalanya seperti kepala unta, dadanya seperti daging yang menonjol di atas punggung, wajah yang ada di antara dada dan kepala itu seperti wajah kera, kedua matanya terbelah pada sepanjang permukaan wajahnya.
Lubang hidungnya terbuka seperti cerek tukang bekam, kedua bibirnya seperti bibir lembu, taringnya keluar seperti taring babi hutan dan janggut terdapat sebanyak tujuh helai.
Setelah itu, lalu Allah mengusirnya dari syurga, bahkan dari langit, dari bumi dan ke beberapa jazirah.
Dia tidak akan masuk ke bumi melainkan dengan cara sembunyi.
Allah S.W.T melaknatinya sehingga sampai hari kiamat karena dia menjadi kafir.
Walaupun iblis itu pada sebelumnya sangat indah cemerlang rupanya, mempunyai sayap, banyak ilmu, banyak ibadah serta menjadi kebanggan para malaikat dan pemukanya, dan dia juga pemimpin para malaikat karubiyin dan banyak lagi, tetapi semua itu tidak menjadi jaminan sama sekali baginya.
Ketika Allah S.W.T membalas tipu daya iblis, maka menangislah Jibril A.S
dan Mikail.
Lalu Allah S.W.T berfirman yang bermaksud, "Apakah yang membuat kamu menangis?
" Lalu mereka menjawab, "Ya Allah! Kami tidaklah
aman dari tipu dayamu."
Firman Allah bagi bermaksud, "Begitulah aku.
Jadilah engkau berdua tidak
aman dari tipu dayaku."
* Setelah diusir, maka iblis pun berkata, "Ya Tuhanku, Engkau telah mengusir
aku dari Syurga disebabkan Adam, dan aku tidak menguasainya melainkan
dengan penguasaan-Mu."
Lalu Allah berfirman yang bermaksud, "Engkau dikuasakan atas dia, yakni
atas anak cucunya, sebab para nabi adalah maksum."
* Berkata lagi iblis, "Tambahkanlah lagi untukku." Allah berfirman yang
maksudnya, "Tidak akan dilahirkan seorang anak baginya kecuali tentu dilahirkan untukmu dua padanya."
* Berkata iblis lagi, "Tambahkanlah lagi untukku." Lalu Allah berfirman dengan
maksud, "Dada-dada mereka adalah rumahmu, engkau berjalan di sana sejalan dengan peredaran darah."
* Berkata iblis lagi, "Tambahkanlah lagi untukku." Maka Allah berfirman lagi
yang bermaksud, "Dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan
pasukan yang berjalan kaki, artinya mintalah tolong menghadapi mereka
dengan pembantu-pembantumu, baik yang naik kuda mahupun yang berjalan
kaki.
Dan berserikatlah dengan mereka pada harta, iaitu mendorong mereka
mengusahakannya dan mengarahkannya ke dalam haram."
"Dan pada anak-anak, iaitu dengan menganjurkan mereka dalam membuat perantara mendapat anak dengan cara yang dilarang, seperti melakukan senggama dalam masa haid, berbuat perkara-perkara syirik mengenai anak-anak itu dengan memberi nama mereka Abdul Uzza, menyesatkan mereka dengan cara mendorong ke arah agama yang batil, mata pencarian yang tercela dan perbuatan-perbuatan yang jahat dan berjanjilah mereka.
" (Hal ini disebutkan dalam surah al-Isra ayat 64 ) yang bermaksud : "Gerakkanlah
orang yang engkau kuasai di antara mereka dengan suara engkau dan
kerahkanlah kepada mereka tentera engkau yang berkuda dan yang berjalan
kaki dan serikanlah mereka pada harta dan anak-anak dan berjanjilah kepada
mereka.
Tak ada yang di
anjikan iblis kepada mereka melainkan (semata-mata)
tipuan."

Hakikat Huruf Hijahiyyah Dan Macam Jenis Neraka Di akherat

HAKIKAT 7 HURUF HIJAIYYAH YANG TIDAK ADA DALAM SURAH ALFATIHAH BESERTA 7 NERAKA DAN PENGHUNI NYA.....


Hendaklah kita kenal huruf-huruf hijayyah yang Tidak ada didalam Al Fatihah, agar dapat meningkatkan keyakinan kita dalam beragama, dan untuk penyempurnaan dalam beribadah kpd Allah....
Dan huruf - hurufnya adalah seperti berikut :..


-THA, NERAKA THAWIYAH                   
-JIM, NERAKA JAHANNAM
-KHA, NERAKA KHALIDIN
-ZAI, NERAKA ZABANIYAH
-SHIM, NERAKA SYAQAWAH
-DZA, NEARAKA DZULMAH
-FA, NERAKA FIRQAH                        

------------------------------------------------------------------------------------------------
*NERAKA THAWIYAH
Huruf (THA) – yang mengandung tiga titik dengan maksud sabit bahwa tiada wujud sifat dan af’al yang lain melainkan wujud Allah, sifat Allah dan af’al Allah...
Barang siapa yang menafikannya dan mengaku,bahwa mereka yang wujud serta mengaku dirinya yang hidup, tahu, berkuasa, ber kehendak, mendengar, melihat dan berkata-kata, dengan berkuasa mempunyai ikhtiar dan usaha mereka, maka,
masuklah mereka ke pintu neraka yang pertama yaitu Neraka Thawiah.....
*NERAKA JAHANNAM
Huruf (JIM) – dengan maksud Allah ta’ala menjadikan makhluk terutama jasad manusia beserta dengan hidupnya, adalah semata-mata bagi menyatakan sifat jalal dan jamal zatullah yang Maha Esa.
Setitik pada Jim itu ibarat tandanya hidup yang ada pada diriNya, adalah nyata bagi kezahiran sifat kebesaran dan kesempurnaanNya.
Bagi sesiapa yang tidak mengenal Allah yang tertakluk pada dirinya, maka terhimpunlah di dalam Neraka Jahannam....
*NERAKA KHALIDIN
Huruf (KHA) – yang diartikan khaliq atau Maha Pencipta. Allah ta’ala menzahirkan sifat-sifat hidupNya, tahuNya, kuasaNya dan kehendakNya yang tajalli kepada semua makhlukNya itu adalah semata-mata zatullah hendak menyatakan kekuasaanNya.
Dia Maha Pencipta, dan kemudian tiba-tiba kita berkuasa pula dengan mempunyai ikhtiar dan usaha, dan mengaku kita yang hidup, tahu, berkuasa, berkehendak, mendengar, melihat dan berkata-kata, maka masuklah mereka kedalam Neraka Khalidin.
*NERAKA ZABANIYAH
Huruuf (ZAI) – yang diartikan zaka atau suci yaitu sifat-sifat hidup, tahu, berkuasa, berkehendak itu adalah sifat yang suci bagi zatullah, yang tidak boleh dinodai dengan kekotoran.
Kemudian daripada sifat-sifat tersebut Allah menyatakan zakat, dan sifat rahmanNya pada diri manusia.
Lantaran kita tidak dapat mengenaliNya dan mengaku segala amalan kita yang punya sehingga beramal karena pahala, bukan karena Allah,
maka masuklah mereka ke dalam neraka Zabaniyah...
*NERAKA SYAQAWAH
Huruf (SHIM) – yang diartikan syahadah atau alam kenyataan.
Dengan maksud tiga titik itu ialah tanda ibarat zatullah hendak menyatakan wujudNya, sifatNya dan af’alNya yang ada pada langit, bumi dan di antara langit dan bumi, maka sekaliannya itu menjadi syahadah wajah zat wajibal wujud.
Kemudian, barang siapa yang menafikannya atau tidak mengenal ‘alam syahadah’ dan tidak dapat bermusyahadah di dalamnya, masuklah mereka ke dalam neraka Syaqawah....
*NEARAKA DZULMAH
Huruf (Dza) – yang diartikan zahir, dengan maksud wujudNya, sifatNya, asmaNya dan af’alNya itu zahir, dapat dilihat menerusi ‘ainul basirah’ atau ‘haqqul basirah’ atau dengan hidup, tahu, berkuasa dan berkehendak yang ada pada diriNya.
Kemudian, dengan sifat-sifat kemuliaan ini juga, maka zahirlah segala kekuasaanNya dan sifat keagunganNya di dalam alam ini.
Barang siapa yang menafikan atau tidak mau mengenalNya, maka masuklah mereka ke dalam Neraka Dzulmah, yaitu senantiasa di dalam hal kegelapan....
*NERAKA FIRQAH 
Huruf (FA) – yang diartikan dengan fana atau binasa, dengan maksud hendaklah diri kita sentiasa di dalam hal keadaan fana atau yang dikatakan ‘fana bisifatillah’ yaitu binasakan hidup kita di dalam hidup Allah, dengan ilmu, kehendak, kuasa, mendengar, melihat dan berkata-kata yang ada pada diri kita ini, binasakanlah ia di dalam ‘ilmullah, qudratullah, iradatullah, sam’ullah, basrullah dan kalamullah. Maka barang siapa yang tidak mengenal dan tidak dapat memfanakan dirinya sebagai mana yang telah diterang kan, masuklah mereka ke dalam Neraka Firqah, yaitu bercerai dirinya dengan Allah....
Sebagian ulama berpendapat bahwa mengenal Allah adalah mengenal diri.
Dan oleh karna, diri kitalah yang utama yang menjadi dalil akan wujud Allah...
Sebagai pengetahuan kita bersama, bahwa diri kita (jasad) dijadikan oleh Allah, asalnya dari alam yang tiada, kemudian diadakan dan ditiupkan pula rohullah ke dalamnya beserta dengan sifat hidupNya, ilmu, iradah, qudrah,sama’, basar dan qalamNya...
Hikmahnya adalah semata-mata Allah hendak menyatakan kekayaanNya, kemurahanNya dan kekuasaanNya......
Allahu wahdahu,la syarikallahu,
Muhammadun 'abduhu wa Rasulluhu.........


                                                       Foto Alhikmah.



                                                         .................Wassalam...........

Pengertian Sebilan Roh Qorin Dalam Diri

PENGERTIAN 9 ROH / 9 QORIN DALAM DIRI

Foto Alhikmah.                                                                          
Menurut ilmu batin pada diri manusia terdapat sembilan jenis Roh.
Masing-masing roh mempunyai fungsisendiri-sendiri.
Ke sembilan macam roh yang ada pada manusia itu adalah
sebagai berikut :

1. Roh Idhofi (Roh Idhofi)
adalah roh yang sangat utama bagi manusia.
Roh Idofi juga disebut ”JAUHAR AWAL SUCI”, karena roh inilah maka manusia dapat hidup.
Bila roh tersebut keluar dari raga, maka manusia yang bersangkutan akan mati.
Roh ini sering disebut ”NYAWA”.
Roh Idhofi merupakan sumber dari roh-roh lainnya pun akan turut serta.
Tetapi sebaliknya kalau salah
satu roh yang keluar dari raga, maka roh Idhofi tetap akan tinggal didalam jasad.
Dan manusia itu tetap hidup.
Bagi mereka yang sudah sampai pada irodat allah atau kebatinan tinggi, tentu akan bisa menjumpai roh ini dengan penglihatannya.
Dan wujudnya mirip diri sendiri, baik rupa maupun suara serta segala sesuatunya.
Bagai berdiri di depan cermin.
Meskipun roh-roh yang lain juga demikian, tetapi kita dapat membedakannya dengan roh yang satu ini.
Alamnya roh idhofi berupa nur terang benderang dan rasanya sejuk tenteram (bukan dingin).
Tentu saja kita dapat menjumpainya bila sudah mencapai tingkat “INSAN KAMIL”.
2. Roh Robbani
Roh yang dikuasai dan diperintah oleh roh idofi.
Alamnya roh ini ada dalam cahaya kuning diam tak bergerak.
Bila kita berhasil menjumpainya maka kita tak mempunyai kehendak apa-apa.
Hatipun terasa tenteram.
Tubuh tak merasakan apa-apa.
3. Roh Rohani
Roh inipun juga dikuasai oleh roh idofi.
Karena adanya roh Rohani ini, maka manusia memiliki kehendak dua rupa.
Kadang-kadang suka sesuatu, tetapi di lain waktu ia tak menyukainya.
Roh ini mempengaruhi perbuatan baik dan perbuatan buruk.
Roh inilah yang menepati pada 4 jenis nafsu, yaitu :
Nafsu Luwamah (aluamah)
Nafsu Amarah
Nafsu Supiyah
Nafsu Mulamah (Mutmainah).
Kalau manusia ditinggalkan oleh roh rohani ini, maka manusia itu tidak mempunyai nafsu lagi, sebab semua nafsu manusia itu roh rohani yang mengendalikannya.
Maka, kalau manusia sudah bisa mengendalikan roh rohani ini dengan baik, ia akan hidup dalam kemuliaan.
Roh rohani ini sifatnya selalu mengikuti penglihatan yang melihat.
Dimana pandangan kita tempatkan, disitu roh rohani berada.
Sebelum kita dapat menjumpainya, terlebih dulu kita akan melihat bermacam-macam cahaya bagai kunang-kunang.
Setelah cahaya-cahaya ini menghilang, barulah muncul roh rohani itu.
4. Roh Nurani
Roh ini dibawah pengaruh roh-roh Idofi.
Roh Nurani ini mempunyai pembawa sifat terang.
Karena adanya roh ini menjadikan manusia yang bersangkutan jadi terang hatinya.
Kalau Roh Nurani meninggalkan tubuh maka orang tersebut hatinya menjadi gelap dan gelap pikirannya.
Roh Nurani ini hanya menguasai nafsu Mutmainah saja.
Maka bila manusia ditunggui Roh Nurani maka nafsu Mutmainahnya akan menonjol, mengalahkan nafsu-nafsu lainnya.
Hati orang itu jadi tenteram, perilakunya pun baik dan terpuji.
Air mukanya bercahaya, tidak banyak bicara, tidak ragu-ragu dalam menghadapi segala sesuatu, tidak protes bila ditimpa kesusahan.
Suka, sedih, bahagia dan menderita dipandang sama.
5. Roh Kudus ( Suci) :
Roh yang di bawah kekuasaan Roh Idhofi juga.
Roh ini mempengaruhi orang yang bersangkutan mau memberi pertolongan kepada sesama manusia, mempengaruhi berbuat kebajikan dan mempengaruhi berbuat ibadah sesuai dengan kepercayaan yang dianutnya.
6. Roh Rohmani :
Roh dibawah kekuasaan roh idhofi pula.
Roh ini juga disebut Roh Pemurah.
Karena diambil dari kata ”Rahman” yang artinya pemurah.
Roh ini mempengaruhi manusia bersifat sosial, suka memberi.
7. Roh Jasmani :
Roh yang juga di bawah kekuasaan Roh Idofi.
Roh ini menguasai seluruh darah dan urat syaraf manusia.
Karena adanya roh jasmani ini maka manusia dapat merasakan adanya rasa sakit, lesu, lelah, segar dan lain-lainnya.
Bila Roh ini keluar dari tubuh, maka ditusuk jarumpun tubuh tidak terasa sakit.
Kalau kita berhasil menjumpainya, maka ujudnya akan sama dengan kita, hanya berwarna merah.
Roh jasmani ini menguasai nafsu amarah dan nafsu hewani.
Nafsu hewani ini memiliki sifat dan kegemaran seperti binatang, misalnya:
malas, suka setubuh, serakah, mau menang sendiri dan lain sebagainya.
8. Roh Nabati : Ialah roh yang mengendalikan perkembangan dan pertumbuhan badan.
Roh ini juga di bawah kekuasaan Roh Idhofi.
9. Roh Rewani : ialah roh
yang menjaga raga kita.
Bila Roh Rewani keluar dari tubuh maka orang yang bersangkutan akan tidur.
Bila masuk ke tubuh orang akan terjaga.
Bila orang tidur bermimpi dengan arwah seseorang,
maka roh rewani dari orang bermimpi itulah yang menjumpainya.
Jadi mimpi itu hasil kerja roh rewani yang mengendalikan otak manusia.
Roh Rewani ini juga di bawah kekuasaan Roh Idofi.
Jadi kepergian Roh Rewani dan kehadirannya kembali diatur oleh Roh Idhofi.


Demikian juga roh-roh lainnya dalam tubuh, sangat dekat hubungannya dengan Roh Idofi Cosmologi sufi membagi Cosmo (alam semesta) menjadi 2 = 1. Macrocosmos (alam diluar manusia) dan 
                                                                          2. Microcosmos (alam didalam manusia)


* macrocosmos * terdiri dari 5:
1. Nafs (jiwa manusia), Nafs (jiwa) dikategorikan jadi 3 :
   -nafsu amarah,
   -nafsu lawwamah dan,
   -nafsu mutmainah.
2. Api,
3. Air,
4. Bumi (tanah) dan,
5. Angin,

Microcosmos (yang ada di dalam dada) ada 5 :
1. Qalb (kalbu) menurut Sufisme
-menjinakkan Qalb : bisa mengetahui alam jin 
Menurut Sufisme :
untuk menjinakkan Qalbu,
kita harus memiliki sifat :
1. zuhud (terlepas dari kejahatan),
2. taqwa (menghindari kejahatan),
3. wara' (menghindari kesia-siaan),
4. tawakal (puas dengan pemberian Alloh),
5. sabr (sabar/teguh),
6. Syukur (berterimakasih)
7. Raja' (mencari kebahagiaanNya),
8. Khouf (takut sama murkaNya),
9. Rija' (mengharap kasihNya),
10. Yaqin (iman/ keyakinan sempurna),
11. Ikhlas (tidak mengharap dari imbalan),
12. Sidq (membawa kebenaran)
13. Muroqobah (fokus total kedap Nya),
14. Khulq (tunduk),
15, Dzikr (mengingatNya),
16. Khuluut (mengisolasi diri dari selainNya).

2. Ruh (Roh) menurut Sufisme
-menjinakkan Ruh : bisa mengetahui alam ruh ( malaikat)

3. Sirr menurut Sufisme
-menjinakkan Sirr : bisa mengetahui alam rahasia (semesta)

4. Khafi menurut Sufisme -menjinakkan Khofi : bisa mengetahui alam unifikasi (penyatuan dengan Alloh)

5. Akhfa. menurut Sufisme
-menjinakkan Akhfa : bisa mengetahui alam Arsy Alloh




---------------------------------------------------------- --------------------------------------- -----------------------------------------


Martabat 7, Suluk Sujinah dan Serat Wirid Hidayat Jati Dalam mencari ridhoNya, para sufi menggunakan jalan yang bermacam-macam.
Baik secara sendiri- sendiri maupun bersama- sama, dengan melalui
kearifan, kecintaan dan tapa brata.


Sejarah mencatat, pada akhir abad ke-8, muncul aliran Wahdatul Wujud, suatu faham tentang segala wujud yang pada dasarnya bersumber satu pada Alloh Ta’ala.
Alloh yang menjadikan sesuatu dan Dialah a’in dari segala sesuatu.
Wujud alam adalah a’in wujud Alloh, Alloh adalah hakikat alam.
Pada hakikatnya, tidak ada perbedaan antara wujud qadim dengan wujud baru yang disebut dengan makhluk.
Dengan kata lain, perbedaan yang kita lihat hanya ada rupa atau ragam dari hakikat yang Esa.
Sebab alam beserta manusia merupakan aspek lahir dari suatu hakikat batin yang tunggal.
Tuhan Seru Sekalian Alam.
Faham wahdatul wujud mencapai puncaknya pada akhir abad ke-12.
Muhyidin Ibn Arobi, seorang sufi kelahiran Murcia, kota kecil di Spanyol pada 17 Ramadhan 560 H atau 28 Juli 1165 M adalah salah seorang tokoh utamanya pada zamannya.
Dalam bukunya yang berjudul Fusus al-Hikam yang ditulis pada 627 H atau 1229 M tersurat dengan jelas uraian tentang faham Pantheisme (seluruh kosmos adalah Tuhan), terjadinya alam semesta, dan ke-insan- kamil-an.
Di mana faham ini muncul dan berkembang berdasarkan perenungan fakir filsafat dan zauq (perasaan) tasauf.

Faham ini kemudian berkembang ke luar jazirah Arab, terutama berkembang ke Tanah India yang dipelopori oleh Muhammad Ibn Fadillah, salah seorang tokoh sufi kelahiran Gujarat(1629M).
Di dalam karangannya, kitab Tuhfah, beliau mengajukan konsep Martabat Tujuh sebagai sarana penelaahan tentang hubungan manusia dengan Tuhannya.
Menurut Muhammad Ibn Fadillah, Allah yang bersifat gaib bisa dikenal sesudah bertajjali melalui tujuh martabat atau sebanyak tujuh tingkatan, sehingga tercipta alam semesta dengan segala isinya.
Pengertian tajjali berarti kebenaran yang diperlihatkan Alloh melalui penyinaran atau penurunan — di mana konsep ini lahir dari suatu ajaran dalam filsafat yang disebut monotoisme (TAUHID).
Yaitu suatu faham yang memandang bahwa alam semesta beserta manusia adalah aspek lahir dari satu hakikat tunggal. Alloh Ta’ala.
Dalam Mistik Islam Kejawen di jawa di wedar oleh Raden Ngabehi Ranggawarsita, Suatu Studi Terhadap Serat Wirid Hidayat Jati menyatakan;
“Konsep ajaran martabat tujuh mengenai penciptaan alam manusia melalui tajjalinya Tuhan sebanyak tujuh tingkatan jelas tidak bersumber dari Al Qur’an.
Sebab dalam Islam tak dikenal konsep bertajjali.
Islam mengajarkan tentang proses Tuhan dalam penciptaan makhluknya
dengan Al-ijad Minal Adam, berasal dari tidak ada menjadi ada.”
Selanjutnya, konsep martabat tujuh di Jawa dimulai sesudah keruntuhan Majapahit dan digantikan dengan kerajaan Demak Bintara yang menguasai Pulau Jawa.
Sedangkan awal perkembangannya, ajaran martabat tujuh di Jawa berasal dari konsep martabat tujuh yang berkembang di Tanah Aceh — terutama yang dikembangkan oleh Hamzah Fansuri, Syamsudin Pasai (1630) dan Abdul Rauf (1617-1690).
Lebih lanjut ditambahkan;“Ajaran Syamsudin Pasai dan Abdul Rauf kelihatan besar
pengaruhnya dalam perkembangan kepustakaan Islam Kejawen.
Pengaruh Abdul Rauf berkembang melalui penyebaran ajaran tarekat Syatariyah yang disebarkan oleh Abdul Muhyi (murid Abdul Rauf) di tanah Priangan.
Ajaran Thoriqoh Syatoriyah segera menyebar ke Cirebon dan Tegal.
Dari Tegal muncul gubahan
Serat Tuhfah dalam bahasa Jawa dengan sekar macapat yang ditulis sekitar tahun 1680.”
Sedangkan Buya Hamka mengemukakan bahwa faham Wahddatul Al-Wujud yang melahirkan ajaran Martabat Tujuh muncul karena tak dibedakan atau dipisahkan antara asyiq dengan masyuqnya.
Dan apabila ke-Ilahi-an telah menjelma di badan dirinya, maka tidaklah kehendak dirinya yang berlaku, melainkan kehendak Alloh.
Dalam ajaran martabat tujuh, Tuhan menampakkan DiriNya setelah bertajjali dalam tujuh di mana ketujuh tingkatan tersebut dibagi dalam dua wujud.
Yakni tiga aspek batin dan empat aspek lahir.
Tiga aspek batin terdiri dari :
Martabat Akhadiyah
 (kesatuan mutlak),
Martabat  (kesatuan yang mengandung kejamakan secara ijmal keseluruhan), dan
Martabat Wahidiyah (kesatuan dalam kejamakan secara terperinci dan batas-batas setiap sesuatu).

Alam Arwah (alam nyawa dalam wujud jamak), Alam Mitsal (kesatuan dalam kejamakan secara ijmal), Alam Ajsam (alam segala tubuh, kesatuan dalam kejamakan secara terperinci dan batas-batasnya) dan Insan Kamil (bentuk kesempurnaan manusia).
Menanggapi hal ini, Buya Hamka mengutip dari karya Ibnu Arabi yang berjudul Al-Futuhat al-Makkiyah fi Marifa Asrar al-Malakiya (589 H atau 1201 M), bahwa tajjalinya Alloh Ta’ala yang pertama adalah dalam alam Uluhiyah.
kemudian dari alam Uluhiyah mengalir alam Jabarut, Malakut, Mitsal, Ajsam, Arwah dan Insan Kamil dimana yang dimaksud dengan alam Uluhiyah adalah alam yang terjadi dengan perintah Allah
tanpa perantara.
1. Martabat Pertama Akhadiyah adalah
Martabat Ahadiyah yang diungkapkan sebagai Martabat Lata’ayyun, atau al-Ama (tingkatan yang tidak diketahui).
Disebut juga Al-Tanazzulat li ‘l-Dhat (dari alam kegelapan menuju alam terang), al-Bath (alam murni), al-Dhat (alam zat),al-Lahut (alam ketuhanan), al-Sirf (alam keutamaan), al-Dhat al-Mutlaq (zat kemutlakan), al-Bayad al-Mutlaq (kesucian yang mutlak), Kunh al-Dhat (asal terbuntuknya dzat), Makiyyah al Makiyyah (inti dari segala dzat), Majhul al N’at (dzat yang tak dapat disifati), Ghayb al Ghuyub (gaib dari segala yang gaib), Wujud al-Ma'had (wujud yang mutlak).

Dan berikut adalah nukilan dari terjemahan tingkat pertama yang disebut Martabat Ahadiyah dalam Suluk Sujinah dan Serat Wirid Hidayat Jati.
Suluk Sujinah Ada pengetahuan perihal tingkatan dalam kehidupan manusia, yang diceritakan dengan Ajalulloh dan dikenal dengan sebutan martabat tujuh, diawali dengan kegaiban.
dzat yang membawa pengetahuan tentang Diri-Nya, dan tanpa membeberkan tentang kenyataan (fisik), Keadaannya kosong namun dasarnya ada.
Tapi dalam martabat ini belum berkehendak.
Martabat Akhadiyah disebut juga dengan : 
-Sarikul A'dzom.
Awal dari segala awal.
Dalam alam akhadiyah dimulai dengan aksara La dan bersemayam ila.
Itulah kekosongan pertama dari empat bentuk kekosongan.
-Kedua bernama Maslub.

Maslub bermakna belum adanya bentuk atau wujud roh atau jiwa.
 Tak berbentuk badan atau wujud lainnya.
.- Ketiga adalah Tahlil, dan
  
Tahlil berarti tak bermula dan tak berakhir
- keempat Tasbih.
 Sedangkan Tasbeh bermakna Tuhan Maha Suci dan Tunggal.
 Tuhan tak mendua atau bertiga.
 Tak ada Pangeran lain kecuali Alloh yang disembah dan dipuja, yang asih pada makhluknya.
Serat Wiirid Hidayat Jati Sajarotul Yakin tumbuh dalam alam adam makdum yang sunyi senyap azali abadi, artinya pohon kehidupan yang berada dalam ruang hampa yang sunyi senyap selamanya, belum ada sesuatu pun, adalah hakikat dzat Mutlak yang qodim.
dzat yang pasti terdahulu, yaitu dzat atmo (ruh ilahi), yang menjadi wahana alam Akhadiyah.

1. Tingkat pertama disebut dengan alam Akhadiyah, yaitu alam tentang tingkat keesaan-Nya.
Keesaan-Nya agung, dan bukan obyek dari pengetahuan khusus mana pun dan karena itu tidak dapat dicapai oleh makhluk apa pun.
Hanya Alloh yang mengetahui diri-Nya dan keesaan-Nya.
Dalam keesaan-Nya tak ada sesuatu pun yang menguasai dan mengetahui kecuali diri-Nya.
Firmannya adalah diri-Nya sendiri, begitu pun malaikat-Nya dan nabi-Nya.
Alloh dalam tingkatan ini berada pada kondisi al-Kamal, yaitu, dalam kesempurnaan-Nya.
Hakikat-Nya, keesaan-Nya adalah tempat berkumpulnya seluruh keragaman dan tenggelam atau lenyap dalam kesatuan-Nya.
Dalam alam Ahadiyah keragaman dan kejamakan tersebut tidak dapat di pertentangkan dengan gagasan metafisis tentang tahapan atau tingkatan eksistensi.
Dalam tingkatan ini, Alloh berada dalam kondisi Ghoib al-Ghuyub, yaitu, keberadaan-Nya yang gaib.
Tuhan tak dapat diindrawi.
Sebab Alloh tidak membeberkan tentang kenyataan yang fisik.
Alloh dalam keadaan yang tak berujud, yang tak dapat dideteksi oleh manusia atau para wali, nabi, bahkan para malaikat terdekat-Nya.
Sebab Ia masih dalam kesendirian-Nya.
Alloh belum menguraikan atau menciptakan sesuatu.
Di dalam derajat ini, semua sifat umum kumpul melebur di dalam diri-Nya.
Perbedaan sifat pun ada dalam kesatuan-Nya.
Tuhan dalam alam pertama disebut juga al-Unsur Adam, Alloh adalah unsur yang pertama, dan tak ada makhluk-makhluk lainnya yang mendahului.
Diri-Nya adalah unsur yang terdahulu yang bersifat agung.
dzat-Nya adalah substansi universal dan hakikat-Nya yang tak dapat dipahami.
Dalam sifat adam-Nya,hakikat-Nya tak dapat dipahami.
Sebab awalnya adalah Ada dalam ketiadaan.
Dan ketiadaan-Nya adalah hakikat yang tak terlukiskan dan tak dapat dimengerti oleh siapa pun.
Hakikatnya di luar segala perumpamaan dan citraan yang memungkinkan.
Selanjutnya, alam Akhadiyah terbagi dalam empat tingkatan.
Tahap pertama dikenal dengan kata La yang bersemayam di dalam kata illa.
La dan illa adalah dua kata yang manunggal, karena setiap realitas-realitas hanya merupakan refleksi dari realitas-realitas Alloh.
La dan illa menunjukan pada asal segala sesuatu yaitu dalam ketiadaan-Nya, diri-Nya Ada.
Sedangkan pengertian illa juga menunjukan pada kembali sesuatu dalam kesatuan-Nya yang bersifat keabadian.
Jika memperhatikan tatanan ontologis, bila diterapkan La dan illa akan mengisyaratkan pemisahan antara ada Ilahi dan para makhluknya.
Dengan demikian, Ada-Nya pertama menjadi tabu bagi adanya yang kedua.
Pengetian La dan illa dalam masyarakat sufi memiliki tiga makna.
Pertama, adalah tiada Tuhan melainkan Alloh.
Kedua adalah tiada Ma’bud melainkan Alloh dan.
ketiga tiada maujud melainkan Alloh.
-Pengertian pertama mengacu pada keberadaan pada kekuasaan-Nya.
Yaitu penegasan tiada Tuhan yang pantas menjadi penguasa selain Alloh yang Esa.
-Pengertian kedua, Alloh adalah dzat yang wajib disembah sebab Alloh bersifat disembah.
Tiada penguasa yang wajib disembah selain Alloh, dzat yang Maha Suci.
Sedangkan pengertian ketiga, Alloh adalah awal segala yang berwujud.
Sebab dzat-Nya adalah wujud yang pertama dan tak berakhir.
-Ketiga
 pengertian tersebut di atas adalah suatu kesatuan yang tak dapat dikaji secara terpisah.
Sebab, segala bentuk yang maujud ini pada hakikatnya sama sekali tidak ada.
Yang ada hanyalah Alloh.
Jadi, kalau yang ada ini semuanya dikatakan ada, artinya ada dalam Alloh.
Inilah konsep dasar dari Widhatul al-Wujud.

2. Sementara, tingkatan kedua dari alam Akhadiyah adalah
Nafi Uslub, yaitu, tingkat ketiadaan-Nya yang ada.
Dalam ketiadaan-Nya, Alloh tak dapat digambarkan atau dilukiskan oleh siapa pun.
Alloh dalam keadaan Al-Ama, yaitu, tingkatan yang tak dapat diketahui.
Alloh dalam tingkatan ini hanya mempunyai hubungan murni dalam hakikat dan tanpa bentuk.

3. Sedang tingkatan yang ketiga dalam alam Akhadiyah adalah Tahlil.
Pengertian Tahlil berarti kondisi Tuhan yang bermakna La illa illaha.
Tahlil pun bermakna suatu kondisi pemujaan Alloh dengan pengucapan syahadat tentang persaksian akan keberadaan-Nya.

Dalam kalimah Syahadah yang diucapkan dengan niat bulat dan mengakui bahwa Alloh berkuasa sendirian, tidak menghendaki pertolongan dari siapa pun, ia suci dan kaya.
Kalimah Syahadah adalah kalimat yang wajib bagi pemeluk Islam, di mana intinya adalah pengakuan akan adanya Alloh yang menjadi pemimpin kehidupan, di samping itu, adanya pengakuan rasul Alloh.
Yaitu Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya.
4. Selanjutnya, tingkat empat adalah Akhadiyah Tasbih, yang bermakna kemahaluasan Alloh.
Tingkatan ini berintikan kalimat Subhhanalloh, artinya, maha suci Alloh dan mengingatkan serta menunjukan seluruh keyakinan untuk selalu mempersucikan-Nya.



Sedang pada Serat Wirid Hidayat Jati, ajaran 
pertamanya dikenal dengan sebutan Sajarotul Yakin.
Yaitu sebagai lambang pohon kehidupan yang dalam bahasa Jawa disebut dengan Kajeng Sejati dan memiki makna pengertian tentang kehidupan atau hayyu.
Hayyun berarti atma, jiwa atau ruh.
Dalam Sajarotul Yakin Alloh adalah Wujud al-Sirri, kondisi wujud yang utama.
 Atma-Nya belum tersifati, namun ruh-Nya adalah al Lahut (bersifat ke-ilahi-an).
Ia merupakan hakikat dzat mutlak dan qadim, yaitu, asal dzat dari segala dzat yang bersifat abadi.
dzat-Nya tak ada dalam penguraian.
Segala penguraian-Nya adalah bersifat negatif.
Sebab Alloh bersifat Makiyyah al Makiyyah, yaitu, inti dari segala dzat yang ada di kemudian hari.
Atmanya adalah esa dari yang tak teruraikan dan diuraikan.
Dzat ruh-Nya sesungguhnya adalah zat yang bersifat esa.
Ruh itulah sejatinya Tuhan Yang Mahasuci.
Ruh-Nya adalah subyek absolut, dimana benda yang termasuk subyek individu hanyalah obyektivisasi-obyektivisasi ilusi.
Sebab Alloh adalah Kunhu al-Dhat, asalnya dzat terbentuk.
Di dalam kitabnya Daqiqul Akbar, Imam Abdurahman menuliskan, pada awal permulaan Alloh menciptakan sebatang pohon kayu bercabang empat.
Pohon kayu tersebut dikenal dengan Syajaratul Yakin.
Dan Syajaratul Yakin tercipta dalam alam kesunyian yang bersifat qadim dan azali.
Pengertian sunyi di sini bukan bermakna tak adanya sesuatu.
Namun bermakna belum terciptanya alam, kecuali tajjali-Nya yang pertama dalam bentuk Syajarotul Yakin.
Sedangkan pengertian qadim dan azali adalah wujud dari sifat-Nya yang terawal dan tak berakhir.
dzat-Nya adalah terdahulu, tak ada sesuatu pun yang mendahului dan tak ada akhir karena masa.
Syajarotul yakin adalah awal sifat-Nya.
Dalam pohon kehidupan sifat- Nya yang menonjol adalah tentang hidup hidup (al-Hayat) adalah sifat wajib yang ada pada Diri-Nya.
Sebab sifat al-Hayat adalah qadim dan azali.
Al-Hayat dalam segala martabat-Nya menjadi pangkal bagi segala macam kenyataan yang lahir dan kekal.
karena hidup atau hayyun atau atma adalah subyek yang absolut, maka, hakikat atma atau hidup adalah mutlak yang qadim.
Dan Alloh adalah dzat 
1. 
pertama dan sumber dari hidup itu sendiri.
Diri-Nya adalah kekal bersamaan dengan kekalnya zat kehidupan.
2. Keduanya adalah ada dalam kemanunggalan.
Dzat-Nya yang al-Hayat adalah sumber munculnya perkara-perkara sifat wajib-Nya.
Yaitu, ilmu, iradat, kalam dan baqa.
Artinya, karena adanya ruh atau hayyu (al-Hayat), maka, muncul ilmu (pengetahuan).
Timbulnya pengetahuan (al-ilm) menciptakan atau.
mengalirnya kehendak (iradat), dan firman-Nya.
3. Dan ketiga sifat-Nya adalah kekal, baqa'.

Telusuri Tentang Blog Disini