AJARAN KEBATINAN SYEH SITI JENAR PART 3

M. (Jadi kita harus menggunakan akal sesuai dengan jiwa atau kehendak Allah ?
S. (Ya, benar. Jika seseorang mampu mengendalikan akalnya dengan ajaran Allah, dengan kebenaran, dan dengan jiwa yang bersih, maka ia bermanfaat. Menjadikan diri lebih mulia.
M ; Apa yang menghalangi seseorang sehingga gagal dalam dalam menempuh manunggaling kawula-Gusti ?
S ; Jangan mementingkan kehidupan duniawi. Sebab kehidupan duniawi yang kalian jalani penuh kotoran. Akal kalian mudah tercemar dengan kotoran sifat dan mudah dikuasai oleh nafsu, sehingga menghalangi kalian untuk bisa menuju pada tahap manunggaling kawula-Gusti.
M. (Di dunia ini ada yang cantik, tampan dan gagah.
Bagaimana kedudukan orang-orang tersebut jika kelak telah terlepas rohnya ?
Bagaimana kedudukan orang-orang tersebut jika kelak telah terlepas rohnya ?
S. (Kalian jangan menyintai dan mengagumi bentuk yang cantik, tampan atau gagah. Sebab sebenarnya badan wadag (jasad) laksana sangkar yang mengurung jiwa.
Badan wadag merupakan beban yang memberatkan dan menyakitkan roh kalian.
Badan wadag merupakan beban yang memberatkan dan menyakitkan roh kalian.
M. (Wahai Syekh, benarkah sesudah kematian ada surga neraka ?
S . (Para wali memang mengajarkan demikian.
Inilah ajaran yang justru menurutku menyesatkan karena terlalu dangkal.
Para wali hanya mengajarkan “serabut” atau kulitnya, tidak sampai pada isinya; tidak sampai pada hakikat yang sebenarnya.
Para wali mengajarkan bahwa surga dan neraka hanya dijumpai kelak setelah kiamat. Adanya di akherat.
Dan orang-orang awam menelan mentah-mentah keterangan itu.
Siksa kubur hanya dijumpai dan dirasakan badan wadag ketika di tanam di kuburan.
Para wali memang bertujuan baik, tetapi diputus sampai di situ.
Mereka enggan menjelaskan lebih dalam dan lebih sampai pada makna yang hakiki.
Inilah ajaran yang justru menurutku menyesatkan karena terlalu dangkal.
Para wali hanya mengajarkan “serabut” atau kulitnya, tidak sampai pada isinya; tidak sampai pada hakikat yang sebenarnya.
Para wali mengajarkan bahwa surga dan neraka hanya dijumpai kelak setelah kiamat. Adanya di akherat.
Dan orang-orang awam menelan mentah-mentah keterangan itu.
Siksa kubur hanya dijumpai dan dirasakan badan wadag ketika di tanam di kuburan.
Para wali memang bertujuan baik, tetapi diputus sampai di situ.
Mereka enggan menjelaskan lebih dalam dan lebih sampai pada makna yang hakiki.
M. (Kalau menurut Syekh bagaimana ?
S. (Begini, untuk menemui dan merasakan surga dan neraka maka seseorang tidak harus menunggu sampai mati atau sampai datangnya kiamat.
Di dunia ini saja kita sudah dapat merasakan surga dan siksa neraka.
Karena sesungguhnya surga dan neraka itu berada di dalam jiwa kalian.
Berada di dalam jiwa setiap manusia yang bernafas.
Jika jiwa manusia telah bersih dari gangguan hawa nafsu dan dapat menyatu dengan Gusti Allah, maka di dunia ini ia akan merasakan suatu kenikmatan surga.
Jika budi kalian, misalnya menolong orang lemah, lalu hati menjadi ikhlas dan puas, maka itulah yang disebut surga.
Sedangkan neraka, perwujudannya adalah jika hawa nafsu telah menguasai diri seseorang.
Kemudian jiwanya meronta dan merasa bersalah.
Maka dia tentu tersiksa.
Ia tidak bisa tidur, gelisah pikirannya, sedih dan bermacam-macam rasa tak enak.
Itulah yang dinamakan neraka.
Di dunia ini saja kita sudah dapat merasakan surga dan siksa neraka.
Karena sesungguhnya surga dan neraka itu berada di dalam jiwa kalian.
Berada di dalam jiwa setiap manusia yang bernafas.
Jika jiwa manusia telah bersih dari gangguan hawa nafsu dan dapat menyatu dengan Gusti Allah, maka di dunia ini ia akan merasakan suatu kenikmatan surga.
Jika budi kalian, misalnya menolong orang lemah, lalu hati menjadi ikhlas dan puas, maka itulah yang disebut surga.
Sedangkan neraka, perwujudannya adalah jika hawa nafsu telah menguasai diri seseorang.
Kemudian jiwanya meronta dan merasa bersalah.
Maka dia tentu tersiksa.
Ia tidak bisa tidur, gelisah pikirannya, sedih dan bermacam-macam rasa tak enak.
Itulah yang dinamakan neraka.
M. (Jadi surga dan neraka di akherat tidak berlaku ? maksud kami tidak ada ?
S . (Surga dan neraka di hari kiamat, di akherat kelak, sudah diterangkan dalam Al Quran.
Itu perkara gaib dan erat kaitannya dengan iman.
Kalian harus meyakininya.
Itu perkara gaib dan erat kaitannya dengan iman.
Kalian harus meyakininya.
M. (Untuk apa meyakini ? bukankah jika di dunia berbudi baik dan beriman kepada Allah sudah merasakan surga.
Sedangkan surga dan neraka di akhirat hanyalah bersifat menakut-nakuti manusia agar tidak berbuat buruk ?
Sedangkan surga dan neraka di akhirat hanyalah bersifat menakut-nakuti manusia agar tidak berbuat buruk ?
S. (Pendapatmu memang cerdas dan kritis.
Namun kalian tidak usah mempertanyakan, apakah kelak di akhirat ada surga dan neraka.
Itu urusan Gusti Allah. Kalian harus meyakini.
Karena meyakini hari akhir merupakan rukun iman.
Sekali lagi, untuk mendapatkan surga pun kalian tak perlu menunggu datangnya hari akhir.
Meskipun seseorang sembahyang seribu kali setiap hari, toh akhirnya mati juga.
Walaupun badanmu kau tutupi dengan kain surban dan jubah, namun akhirnya menjadi debu juga.
Maka jiwalah yang paling penting.
Jika keadaan jiwa seperti Tuhan, maka surga akan didapatkannya.
Kenikmatan luar biasa akan dirasakan.
Namun kalian tidak usah mempertanyakan, apakah kelak di akhirat ada surga dan neraka.
Itu urusan Gusti Allah. Kalian harus meyakini.
Karena meyakini hari akhir merupakan rukun iman.
Sekali lagi, untuk mendapatkan surga pun kalian tak perlu menunggu datangnya hari akhir.
Meskipun seseorang sembahyang seribu kali setiap hari, toh akhirnya mati juga.
Walaupun badanmu kau tutupi dengan kain surban dan jubah, namun akhirnya menjadi debu juga.
Maka jiwalah yang paling penting.
Jika keadaan jiwa seperti Tuhan, maka surga akan didapatkannya.
Kenikmatan luar biasa akan dirasakan.
M . (Wahai Syeh, sesungguhnya yang menjadi pikiranku adalah sebelum ada dunia ini, apakah sudah ada dunia lainnya.
Atau setelah kiamat, apakah Tuhan membuat dunia baru lagi seperti sekarang ?
Atau setelah kiamat, apakah Tuhan membuat dunia baru lagi seperti sekarang ?
S . (Sebelum dunia ada, apakah ada dunia lain, itu hanya Allah yang tahu.
Tetapi sekarang kita berada di dunia ini menempati ruang dan waktu.
Dunia ini asalnya adalah baru.
Kemudian mengalami kerusakan dan kelak akhirnya menjadi hancur.
Lenyap tak berharga. Setelah kiamat, apakah Tuhan membuat dunia baru untuk keduakalinya ? Tidak !
Tetapi sekarang kita berada di dunia ini menempati ruang dan waktu.
Dunia ini asalnya adalah baru.
Kemudian mengalami kerusakan dan kelak akhirnya menjadi hancur.
Lenyap tak berharga. Setelah kiamat, apakah Tuhan membuat dunia baru untuk keduakalinya ? Tidak !
M. (Wahai Syekh, kalau begitu dunia erat kaitannya dengan raga kita,
sedangkan jiwa erat kaitannya dengan alam akhirat ?
sedangkan jiwa erat kaitannya dengan alam akhirat ?
S . (Benar, dunia itu erat kaitannya dengan raga.
Raga mempunyai sifat seperti alam semesta, yang semula baru kemudian rusak.
Sedangkan jiwa tidak akan mengenal kerusakan karena jiwa merupakan penjelmaan Dzat Allah.
Ketahuilah bahwa raga adalah barang pinjaman yang suatu saat akan diminta oleh Pemiliknya.
Ketahuilah wahai murid-muridku.
Raga ini sesungguhnya sangkar yang membelenggu dan menyulitkan jiwa.
Agar jiwa menjadi bebas, maka suatu saat kelak, kalian akan kuajarai bagaimana cara melepas jiwa dari raga.
Ilmu melepas jiwa artinya bahwa kematian adalah titik awal kehidupan yang sebenarnya.
Jika seseorang raganya mati, maka jiwanya menjadi merdeka, bebas dan tidak terkungkung lagi.
Sebab raga berhubungan erat dengan alam semesta.
Sedangkan jiwa berhubungan erat dengan Dzat Tuhan.
selamanya jiwa tak akan bisa mati atau rusak.
Raga mempunyai sifat seperti alam semesta, yang semula baru kemudian rusak.
Sedangkan jiwa tidak akan mengenal kerusakan karena jiwa merupakan penjelmaan Dzat Allah.
Ketahuilah bahwa raga adalah barang pinjaman yang suatu saat akan diminta oleh Pemiliknya.
Ketahuilah wahai murid-muridku.
Raga ini sesungguhnya sangkar yang membelenggu dan menyulitkan jiwa.
Agar jiwa menjadi bebas, maka suatu saat kelak, kalian akan kuajarai bagaimana cara melepas jiwa dari raga.
Ilmu melepas jiwa artinya bahwa kematian adalah titik awal kehidupan yang sebenarnya.
Jika seseorang raganya mati, maka jiwanya menjadi merdeka, bebas dan tidak terkungkung lagi.
Sebab raga berhubungan erat dengan alam semesta.
Sedangkan jiwa berhubungan erat dengan Dzat Tuhan.
selamanya jiwa tak akan bisa mati atau rusak.
M . (Apakah yang dimaksud jalan kehidupan, wahai Syekh ?
S . (Jalan kehidupan adalah jalan menuju kepada hidup yang sebenar-benarnya, setelah engkau mengalami kematian. Jika seorang bayi lahir, maka bukanlah awal kehidupan, namun merupakan awal “kehidupan palsu” seperti yang kalian rasakan saat ini.
Inilah yang sesungguhnya kematian sejati.
Inilah yang sesungguhnya kematian sejati.
M. (Jika demikian badan ini tidak bisa merasakan kehidupan yang sebenar-benarnya ?
S . (Ya, tidak bisa.
Kehidupan sejati tidak dapat dirasakan oleh raga, karena jika raga mati akan tetapi dapat dirasakan oleh jiwa. Membusuk menjadi tanah.
Kehidupan sejati tidak dapat dirasakan oleh raga, karena jika raga mati akan tetapi dapat dirasakan oleh jiwa. Membusuk menjadi tanah.
M . (Bagaimana jika sekarang ini seseorang berbuat dosa.
Apakah jiwanya ikut bertanggung jawab.
Sedangkan yang melakukan dosanya adalah raga.
Apakah jiwanya ikut bertanggung jawab.
Sedangkan yang melakukan dosanya adalah raga.
S. (Tetap ikut bertanggungjawab, karena jiwa yang menyatu ke dalam raga tidak bisa mencegah hawa nafsunya serta akal yang suka berbuat buruk.
M. (Maaf saya belum paham Syekh.
S . (Ketahuilah, setiap orang yang lahir di dunia ini maka jiwanya menyatu dengan akal. Selain akal dalam diri manusia juga ada hawa nafsu.
Ketika seseorang berbuat buruk, berarti raganya didorong dan dipengaruhi oleh hawa nafsu dan akalnya.
Akal dan nafsu memang suka berbuat buruk. Apabila jiwa mencegah (melalui hati nurani), maka raga tidak akan berbuat buruk.
Akan tetapi jika jiwa membiarkannya, maka raga tetap melakukannya.
Karena itu bagaimanapun juga jiwalah yang akan mempertanggungjawabkan perbuatan baik dan buruk raganya.
Ketika seseorang berbuat buruk, berarti raganya didorong dan dipengaruhi oleh hawa nafsu dan akalnya.
Akal dan nafsu memang suka berbuat buruk. Apabila jiwa mencegah (melalui hati nurani), maka raga tidak akan berbuat buruk.
Akan tetapi jika jiwa membiarkannya, maka raga tetap melakukannya.
Karena itu bagaimanapun juga jiwalah yang akan mempertanggungjawabkan perbuatan baik dan buruk raganya.
Ajaran Syekh Siti Jenar memang agak beda dengan ajaran para wali sanga.
Siti Jenar mengajarkan bahwa Tuhan adalah Zat yang mendasari adanya manusia, hewan, tumbuhan dan segala yang ada.
Keberadaan segala di dunia ini tergantung pada adanya Zat.
Tanpa ada Zat Yang Mahakuasa, maka mustahil sesuatu yang wujud itu ada.
Siti Jenar mengajarkan bahwa Tuhan adalah Zat yang mendasari adanya manusia, hewan, tumbuhan dan segala yang ada.
Keberadaan segala di dunia ini tergantung pada adanya Zat.
Tanpa ada Zat Yang Mahakuasa, maka mustahil sesuatu yang wujud itu ada.
Ajaran ini tidak pernah disampaikan oleh para Wali Sanga.
Mereka menyadari bahwa umatnya masih terlalu awam terhadap Islam, sehingga memberi materi yang ringan dan praktis saja.
Para Wali menilai ke Tauhid an muridnya pada waktu itu masih tipis karena ajaran hindu -budha serta kejawen masih melekat erat di benak masyarakat jawa pada umumnya.
Nuwun Rahayu sagung dumad.
Mereka menyadari bahwa umatnya masih terlalu awam terhadap Islam, sehingga memberi materi yang ringan dan praktis saja.
Para Wali menilai ke Tauhid an muridnya pada waktu itu masih tipis karena ajaran hindu -budha serta kejawen masih melekat erat di benak masyarakat jawa pada umumnya.
Nuwun Rahayu sagung dumad.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar